Holinda
Anggraeny S.Farm, Apt
MASERASI
DI SUSUN OLEH KELOMPOK
2/ G.12
Tri Wahyudi Lestari
( 12.201.0321 )
Johannis L.E Rahantoknam ( 12.201.0320 )
Nina Lisu Lembang ( 12.201.0323 )
SElim Julianti Sulle
( 12.201.0301 )
Parwati Mohammadi ( 12.201.0310 )
Nurindah dew Yunus
( 12.201.0386 )
Lyli monica toenggil
( 12.201.0316 )
Jumriana
( 12.201.0333 )
UNIVERSITAS INDONESIA
TIMUR
FAKULTAS FARMASI
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Istilah galenika di ambil dari
nama seorang tabib Yunani yaitu Claudius Galenos (Galen) yang membuat sediaan
obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah ilmu
obat-obatan yang disebut ilmu galenika. Jadi Ilmu Galenika adalah : Ilmu yang
mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan
dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat
sebagai berikut :
1. Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah
menjadi simplisia atau bahan obat nabati.
2. Dari simplisia tersebut obat-obat (bahan obat)
yang terdapat di dalamnya diambil dan diolah dalam bentuk sediaan / preparat.
Tujuan dibuatnya sediaan galenik :
1. untuk
memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain yang
dianggap tidak bermanfaat.
2.
membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
3. agar
obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam penyimpanan yang lama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
sediaan galenik
1. Derajat kehalusan
2. Konsentrasi / kepekatan
3. Suhu dan lamanya waktu
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman
obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia.
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua
komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai
terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori ringkas
Maserasi adalah salah satu jenis metoda
ekstraksi dengan
sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada
metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga
maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang
tidak tahan panas ataupun tahan panas.Namun biasanya maserasi digunakan untuk
mengekstrak senyawa yang tidak tahan panas (termolabil) atau senyawa yang belum
diketahui sifatnya. Karena metoda ini membutuhkan pelarut yang banyak dan waktu
yang lama. Secara sederhana, maserasi dapat kita sebut metoda “perendaman”
karena memang proses ekstraksi dilakukan dengan hanya merendam sample tanpa
mengalami proses lain kecuali pengocokan (bila diperlukan). Prinsip penarikan
(ekstraksi) senyawa dari sample adalah dengan adanya gerak kinetik dari
pelarut, dimana pelarut akan selalu bergerak pada suhu kamar walaupun tanpa
pengocokan. Namun untuk mempercepat proses biasanya dilakukan pengocokan secara
berkala.
B. Kelebihan
Maserasi
Seperti dijelaskan diatas maserasi
dapat digunakan untuk jenis senyawa tahan panas ataupun tidak tahan panas.
Selain itu tidak diperlukan alat yang spesifik, dapat digunakan apa saja untuk
proses perendaman.
C. Kekurangan
Maserasi
Maserasi membutuhkan waktu yang
lama, biasanya paling cepat 3x24jam, disamping itu membutuhkan pelarut dalam
jumlah yang banyak.
Untuk menjelaskan kelebihan dan kekurangan mari kita bahas
secara prosedur.
Gambar disamping menunjukkan proses maserasi, dimana sample
dimasukkan ke dalam bejana (maserator) kemudian direndam dengan pelarut sampai
terendam sempurna dan tambahkan sekitar 1-2cm pelarut di atas permukaan sample,
kemudian tutup bagian atas untuk mencegah masuknya pengotor dan penguapan
pelarut, namun berikan sedikit lobang untuk mencegah terjadinya letupan akibat
penguapan pelarut. Perendaman dilakukan selama kurun waktu tertentu, misalnya
dilakukan selama 24 jam dengan diberikan pengadukan setiap 1-2 jam (kalau malem
biarkan saja tidak perlu di aduk), proses pengadukan bukan keharusan. Setelah
24 jam ganti pelarut dengan pelarut baru dan selanjutnya perlakukan sama dengan
yang pertama. Penggantian pelarut dilakukan untuk mempercepat proses ekstraksi,
karena pelarut pertama kemungkinan sudah jenuh oleh senyawa sehingga tidak
dapat melarutkan kembali senyawa yang diharapkan, dan waktu pergantian
tergantung kebutuhan tidak harus 24 jam.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya:
1. Digesti
Adalah
cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40˚ C - 50˚
C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya
tahan terhadap pemanasan.
Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain :
a.
Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas.
b.
Daya melarutkan cairan penyari akn meningkat, sehingga pemanasan tersebut
mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
c.
Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding terbalik
dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada kecepatan difusi.
Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat apabila suhu dinaikkan.
Jika cairan penyari mudah menguap
pada suhu yang digunakan, maka perlu dilengkapi dengan pendingin balik,
sehingga cairan penyari yang menguap akan kembali ke dalam bajana.
2. Maserasi dengan mesin
pengaduk.
Pengaduk
berputar terus-menerus, waktu proses masersi dapat dipersingkat menjadi 6-24
jam.
3. Remaserasi
Cairan
penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari
pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan
cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi melingkar.
Maserasi
dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan
menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
Keuntungan
cara ini :
a.
Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas
b.
Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam sehingga akan memperkecil
kepekaan setempat
c.
Waktu yang diperlukan lebih pendek
5. Maserasi melingkar
bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan
secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseeimbangan telah
terjadi. Masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat
(MMB).
Cairan-cairan
penyari yang cocok untuk metode maserasi
Pelarut merupakan senyawa yang bisa melarutkan zat sehingga bisa menjadi sebuah larutan yang bisa diambil sarinya.Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi antara lain sebagai berikut:
a. Pelarut polar : Pelarut yang larut dalam air
Untuk melarutkan garamnya alkaloid,glikosida,dan bahan penyamak
n-Butanol
CH3-CH2-CH2-CH2-OH 118 °C 18 0.810 g/ml
Isopropanol (IPA) CH3-CH(-OH)-CH3 82 °C 18 0.785 g/ml
n-Propanol
CH3-CH2-CH2-OH 97 °C 20 0.803 g/ml
Etanol
CH3-CH2-OH 79 °C 30 0.789 g/ml
Metanol
CH3-OH 65 °C 33 0.791 g/ml
Asam format
H-C(=O)OH 100 °C 58 1.21 g/ml
Air
H-O-H 100 °C 80 1.000 g/ml
b. Pelarut non polar : Pelarut yang tidak larut dalam air
Heksana
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 69 °C 2.0 0.655 g/ml
Benzena
C6H6 80 °C 2.3 0.879 g/ml
Toluena
C6H5-CH3 111 °C 2.4 0.867 g/ml
Dietil eter
CH3CH2-O-CH2-CH3 35 °C 4.3 0.713 g/ml
Kloroform
CHCl3 61 °C 4.8 1.498 g/ml
Etil asetat
CH3-C(=O)-O-CH2-CH3 77 °C 6.0 0.894 g/ml
Pemilihan pelarut atau cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi criteria berikut ini:
a.Murah dan mudah diperoleh
b.Stabil secara fisika dan kimia
c.Bereaksi netral
d.Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
e.Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki
f.Tidak mempengaruhi zat berkhasiat
Pelarut merupakan senyawa yang bisa melarutkan zat sehingga bisa menjadi sebuah larutan yang bisa diambil sarinya.Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi antara lain sebagai berikut:
a. Pelarut polar : Pelarut yang larut dalam air
Untuk melarutkan garamnya alkaloid,glikosida,dan bahan penyamak
n-Butanol
CH3-CH2-CH2-CH2-OH 118 °C 18 0.810 g/ml
Isopropanol (IPA) CH3-CH(-OH)-CH3 82 °C 18 0.785 g/ml
n-Propanol
CH3-CH2-CH2-OH 97 °C 20 0.803 g/ml
Etanol
CH3-CH2-OH 79 °C 30 0.789 g/ml
Metanol
CH3-OH 65 °C 33 0.791 g/ml
Asam format
H-C(=O)OH 100 °C 58 1.21 g/ml
Air
H-O-H 100 °C 80 1.000 g/ml
b. Pelarut non polar : Pelarut yang tidak larut dalam air
Heksana
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 69 °C 2.0 0.655 g/ml
Benzena
C6H6 80 °C 2.3 0.879 g/ml
Toluena
C6H5-CH3 111 °C 2.4 0.867 g/ml
Dietil eter
CH3CH2-O-CH2-CH3 35 °C 4.3 0.713 g/ml
Kloroform
CHCl3 61 °C 4.8 1.498 g/ml
Etil asetat
CH3-C(=O)-O-CH2-CH3 77 °C 6.0 0.894 g/ml
Pemilihan pelarut atau cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi criteria berikut ini:
a.Murah dan mudah diperoleh
b.Stabil secara fisika dan kimia
c.Bereaksi netral
d.Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
e.Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki
f.Tidak mempengaruhi zat berkhasiat
Yang
harus diperhatikan dalam pemeriksaan mutu simplisia adalah sebagai berikut :
a. Simplisis harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-buku acuan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI
b. Terdapat simplisia pembanding yang setiap periode harus diperbaharui.
c. Dilakukan pemeriksaan mutu fisi secara tepat.
d. Dilakukan pemeriksaan secara lengkap seperti pemeriksaan organolepti, makrokospis, mikrokospis, pemeriksaan fisika, kimiawi, kromatografi.
6. Parameter standarisasi
Parameter standarisasi antara lain:
• Organoleptik
Pemeriksaan meliputi warna, bau, dan rasa.
• Makrokospis
Pemeriksaan dengan dilihat secara langsung, dapat juga dengan bantuan kaca pembesar
• Mikrokosis
Pemeriksaan dengan melihat jaringan sel simplisia dibawah mikroskop
• Fluoresensi
Uji ini dapat dilakukan terhadap ekstrak, atau larutan yang dibuat dari simplisia
• Kelarutan
Dilakukan pada simplisia yang berupa eksudat tanaman
• Reaksi warna , pengendapan, dan reaksi lain
Pada reaksi warna dapat dilakukan pada simplisia yang telah diserbuk
Pada reaksi pengendapan dilakukan pada ekstrak larutan simplisia yang jernih.
• Kromatografi
Cara ini mempunyai kepekaan yang tinggi, cepat, sederhana dan murah.
• Penetapan kadar
Syarat untuk dapat diterapkannya pengujian yang berupa zat ini adalah telah diketahui secara pasti kadar minimal zat berkhasiat yang harus dikandung oleh simplisia
• Cemaran mikroba dan aflatoksin
Seperti Aspergillus flavus, merupakan mikroba jamur yang tidak berbahaya, tetapi metabolit aflatoksinnya menyebabkan keracunan.
• Cemaran logam berat
Seperti cemaran hydrogen sulfida tidak boleh melebihi batas logam berat pada monografi yang dinyatakan sebagai timbale.
a. Simplisis harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-buku acuan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI
b. Terdapat simplisia pembanding yang setiap periode harus diperbaharui.
c. Dilakukan pemeriksaan mutu fisi secara tepat.
d. Dilakukan pemeriksaan secara lengkap seperti pemeriksaan organolepti, makrokospis, mikrokospis, pemeriksaan fisika, kimiawi, kromatografi.
6. Parameter standarisasi
Parameter standarisasi antara lain:
• Organoleptik
Pemeriksaan meliputi warna, bau, dan rasa.
• Makrokospis
Pemeriksaan dengan dilihat secara langsung, dapat juga dengan bantuan kaca pembesar
• Mikrokosis
Pemeriksaan dengan melihat jaringan sel simplisia dibawah mikroskop
• Fluoresensi
Uji ini dapat dilakukan terhadap ekstrak, atau larutan yang dibuat dari simplisia
• Kelarutan
Dilakukan pada simplisia yang berupa eksudat tanaman
• Reaksi warna , pengendapan, dan reaksi lain
Pada reaksi warna dapat dilakukan pada simplisia yang telah diserbuk
Pada reaksi pengendapan dilakukan pada ekstrak larutan simplisia yang jernih.
• Kromatografi
Cara ini mempunyai kepekaan yang tinggi, cepat, sederhana dan murah.
• Penetapan kadar
Syarat untuk dapat diterapkannya pengujian yang berupa zat ini adalah telah diketahui secara pasti kadar minimal zat berkhasiat yang harus dikandung oleh simplisia
• Cemaran mikroba dan aflatoksin
Seperti Aspergillus flavus, merupakan mikroba jamur yang tidak berbahaya, tetapi metabolit aflatoksinnya menyebabkan keracunan.
• Cemaran logam berat
Seperti cemaran hydrogen sulfida tidak boleh melebihi batas logam berat pada monografi yang dinyatakan sebagai timbale.
Gambar-gambar
modifikasi maserasi
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Maserasi proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu
kamar Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen
kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks
dan lilin. Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar , terlindung
dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi
sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel
dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan
diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar