Selasa, 10 Juni 2014

Infus dan dekokta



BAB 1
PENDAHULUAN
            Sudah ratusan tahun yang lalu, manusia mengetahui adanya “ Quinta essential “ Yang terdapat dalam tumbuhan, hewan, dan mineral. Disamping Quinta essentia yang bermanfaat bagi manusia, terdapat banyak zat – zat lain yang hanya diperlukan bagi kehidupan, tumbuhan atau hewan sendiri. Manusia hanya memerlukan Quinta essentia, maka mereka berusaha untuk memisahkannya  dari tumbuhan dan hewan tersebut. Pada tahun 1300 raymundus hallius menarik Quinta essentia engan anggur yang dimasukkan dalam botol dan dibiaran diluar rumah agar memperoleh panas atau cahaya matahari. Karena cahaya matahari mengandung ultraviolet yang dapat merusak quinta esentia tersebut, maka pada perbaikan selanjutnya penarikan dijaga jangan sampai dipengaruhi oleh siunar meatahari langsung. Diindonesia penarikan sari tersebut dilaksanakan dengan memipis yaitu melumatkan bahan dengan bantuan air, pada alat yang disebut pipisan, kemudian diperas dan ampasnya dibuang. (sediaan galenika,2012)
Galenos sangat berjasa dalam bidang galenika, karena telah merintis dan mencatat cara pembuatan sediaan galenika. Penyarian dengan cara penarkan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut air. Simplisia yang disaring mengandung zat aktif yang dapat larut, seperti sitrat, karbohidrat, dan protein dan lain – lain. Faktor – factor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan. Lapisan, batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. (Sediaan galenika , 2012)
Zat aktif yang berada dalam berbagai simplisia dapat digolongkan didalam alkaloid, glikosida, flavonoid, dan lain – lain. Struktur kimia yang berbeda – beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas dan senyawa – senyawa tersebut dengan pemanasan. Dengan diketahui zat aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pilihan cairan penyari dan cara penyarian yang tepat. (sediaan galenika, 2012)
Simplisia ada yang lunak seperti rimpang, daun, akar, kelebak, dan simplisia yang kasa, perlu dihaluskan terlebih dahulu sebelum dilakukan penyarian, penyarian harus memperlibatkan zat – zat yang terkandung dalam simplisia serperti protein, karbohidrat, lemak, dan gula. Proses penyarian dipisahkan menjadi pembuatan serbuk . pembahasan, penyarian, dan pemekatan. Secara umum penyarian dapat dibedakan menjadi infudasi, maserasi, perkolasi, dan destilasi uap. ( sediaan galenika, 2012)







Adapun maksud percobaan adalah untuk mengetahui cara pebuatan infuse dan dekokta  dengan cara merendam simplisia dalam air dengan suhu 900 – 980 C dengan selang waktu tertentu
Tujuan percobaan adalah ini untuk memahami dan mengetahui cara pembuatan infuse dari daun sirih (Piperis folium) selama 15 menit dan dekokta dari kulit kayu manis (Cinnamomi cortex) dengan suhu 900 – 980 C.
Prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan percobaan dengan cara merendam simplisia daun sirih (Piperis folium) pada suhu 900 – 980 C selama 15 menit dan kulit kayu manis (Cinnamomum cortex) selama 30 menit pada suhu 900 – 980 C untuk pembuatan infuse dan dekokta.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.         Teori ringkas
Penyarian merupakan peristiwa massa zat aktif yang semula berada didalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam penyari tersebut. (UIT Makassar,2012)
Infus / rebusan obat:sedian air yang dibuat dengan mengextraksi simplicia nabati  dengan air suhu 90° C selama 15 menit,yang mana extraksinya dilakukan secara infundasi  Penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula di dalam  sel ditarik oleh cairan penyanyi sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum penyarian akan bertambah baik apabila permukaan (Ansel,2009)
Infus merupakan sediaan cair pada suhu 900 C selama 15 menit . hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat cairan infuse adalah jumlah simplisia, derajat halus simplisia , banyaknya air ekstrak, serta cara menyari (Syamsuni,2006).
Infus harus mempunyai derajat halus, diantaranya :
1.    Serbuk (5/8)        : Akar manis, daun sirih
2.    Serbuk (8/10)      : Kelimbat
3.    Serbuk (10/22)    : Laos, temulawak, jahe
4.    Serbuk (22/60)    : Kulit kina
5.    Serbuk (85/120) : Daun digitalis
(Dirjen POM, 1979)
           
Infuse dibuat dengan cara yaitu :
1.    Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air dua kali bobot bahan, untuk bunga empat kali bobot bahan dan untuk karagum 10 kali bobot bahan.
2.    Bahan baku ditambahkan dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu 900 – 980 C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian bahan. (UIT Makassar,2012)
Dekokta dapat diartikan sebagai sari-sari dalam air yang dibuat dari bahan-bahan alam yang direbus pada suhu 900 – 980 C. perbedaannnya dengan infuse adalah dekokta penyariannya selama 30 menit sedangkan infuse hanya sekitar 15 menit dengan suhu yang sama. Untuk membuat infuse dan dekokta ditentukan oleh sifat dari bahan/sampel. Yang pada bahan-bahan tdak terdapat minyak atsiri, dan pada bahan bahan dimana bagian-bagiannya tahan terhadap penghangatan. (Anonim,2013)








B.   Uraian metode
1.    Infundasi
Infundasi merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air pada suhu 90OC selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan lunak,yang mengandung minyak atsiri,dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama.(Depkes RI.1979)
  Cara Kerja Infundasi Simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang telah ditetapkan dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu dalam panci mencapai 900C, sambil sekali-sekali diaduk. Infuse diserkai sewaktu masih panas melalui kain flannel. Untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya. Infuse simplisia yang mengandung minyak atsiri harus diserkai setelah dingin. Infuse asam jawa dan simplisia yang berlendir tidak boleh diperas. Infuse kulit kina biasanya ditambah dengan asam sitrat sepersepuluh dari bobot simplisia. Asam jawa sebelum dipakai dibuang bijinya dan sebelum direbus dibuat massaseperti bubur. Buah adas dan dan buah adas manis dipecah terlebih dahulu.
Keuntungan Dan kekurangan Metode Infundasi
a.      .Keuntungan
                                    1. Unit alat yang dipakai sederhana,
                                     2. Biaya operasionalnya relatif rendah
b.  Kerugian
1.      zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,apabila kelarutannya sudah mendingin.(lewat jenuh)
2.      hilangnya zat-zat atsiri
3.      adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,dismping itu simplisia yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.









C.   Uraian Bahan
1.    Aquadest (Dirjen POM,1979)
Nama resmi               : AQUADESTILLATA
Nama lain                  : Air Suling
Rumus molekul        : H2O
Berat Molekul              : 18,02
Pemerian                    : cairan, jernih tidak berwarna, tidak mempunyai rasa,  tidak berbau
Khasiat                      : Pelarut















D.   Uraian tanaman
1.    Sirih (Piper betle)
a.    Klasifikasi (Anonim,2014)
Kingdom              : Plantae
Subkingdom       : Tracheobionta
Super Divisi        : Spermatophyta
Divisi                    : Magnoliophyta
Kelas                    :Magnoliopsida
Sub Kelas           : Magnoliidae
Ordo                     : Piperales
Famili                   :Piperaceae
Genus                  : Piper
Spesies                : Piper betle L.

b.    Morfologi
Tumbuh merambat dengan ketinggian dapat mencapai 15 meter.Batang umumnya berwarna coklat kehijauan, batang berbentuk bulat, memiliki ruas, bagian ini merupakan bakal tumbuhnya akar.Daun sirih berbentuk jantung, tunggal, bagian ujung daun runcing, tumbuh berselang seling, setiap daun memiliki tangkai, bila daun diremas akan mengeluarkan aroma khas, panjang sekitar 5-8 cm dengan lebar sekitar 2-5 cm.Bunga sirih majemuk berbentuk bulir, memiliki daun pelindung  kurang lebih 1 mm dengan bentuk bulat panjang. Bulir betina memiliki panjang antara 1,5-6 cm.Pada bagian bulir betina ini terdapat kepala putik berjumlah antara 3- 5 buah dengan warna putih dan hijau kekuningan. Bulir jantan memiliki panjang 1,5-3 cm.Pada bulir jantan terdapat dua benang sari yang pendek.Buah sirih termasuk kedalam buah buni ( memiliki dinding dengan dua lapisan), bentuk buah bulat dengan warna hijau keabu-abuan.Akar sirih termasuk akar tunggang dengan bentuk bulat serta warna coklat kekuningan. (Anonim, 2014)

2.    Kayu Manis (Cinnamomum burmanni)
a.    Klasifikasi (Anonim,2014)
Kingdom                          :Plantae
Subkingdom                   :Tracheobionta
Super Divisi                    :Spermatophyta
Divisi                                :Magnoliophyta
Kelas                                :Magnoliopsida
SubKelas                                    :Magnoliidae
Ordo                                 :Laurales
Famili                               :
Lauraceae
Genus                              :Cinnamomum 
Spesies                            : Cinnamomum burmannii (Nees &Th. Nees)


b.    Morfologi
Kayu manis termasuk genus Cinnamomum yang termasuk dari famili Lauraceae yang meliputi tumbuhan berkayu dengan bentuk daun tunggal, ordo Polycarpicae dan termasuk Kelas Dicotyledoneae. Daun kayu manis duduknya berseling atau dalam rngkaian spiral dan bersifat liat. Panjang daun sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm (tergantung jenisnya), warna pucuk kemerahan dan daun tuanya bewarna hijaua tua. Warna bunga kuning, berkelamin dua atau sempurna dengan ukuran kecil. Bunga tidak bertajuk, benangsari berjumlah 12 helai yang terangkai dalam 4 kelompok. Kelompok benangsari yang berada didalam umumnya mandul. Kotak sari beruang empat, persarian berlangsung dengan bantuan serangga (sejenis lalat). Buahnya adalah buah buni berbiji satu dan berdaging, berbentuk bulat memanjang (panjang buah sekitar 1,3-1,6 cm dengan diameter 0,35-0,75), buah muda berwarna hijau tua dan bila sudah tua berwarna. Kulit batang pokok, cabang dan ranting mengandung minyak atsiri yang merupakan komoditas ekspor.(Anonim,2014)






BAB III
METODE KERJA
A.   Alat dan bahan
1.    Alat yang digunakan
a.    Botol 100 ml
b.    Corong
c.    Gelas kimia 500 ml
d.    Gunting
e.    Penangas air
f.     Stopwatch
g.    Termometer

2.    Bahan yang digunakan
a.    Aquadest
b.    Alumunium foil
c.    Daun sirih (Piperis folium)
d.    Kulit kayu manis (Cinnamomi kortex)

B.   Waktu dan tempat praktikum
Praktikum galenika percobaan Infus dan dekokta dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 31 Mei 2014 pukul 08.00 – 10.00 WITA, bertempat dilaboratorium Fitokimia farmasi Universitas Indonesia Timur, Makassar.

C.   Cara kerja
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Dikeringkan sampel kemudian dipotong-potong kecil
3.    Ditimbang sebanyak 20 gram
4.    Dimasukkan kedalam gelas kimia
5.    Ditambahkan aquadest kedalam gelas kimia, kemudian ditutup dengan alumunium foil
6.    Dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit untuk infuse dan 30 menit untuk dekokta
7.    Diserkai setelah dingin, kemudian disaring dan dimasukkan kedalam botol 100 ml
8.    Diberi etiket








BAB IV
PEMBAHASAN
A.   Tabel hasil pengamatan
No
Sampel
Perubahan warna
Waktu pemanasan
1.     
Daun Sirih (Piperis folium)
Bening ke Keruh
15 menit
2.     
Kulit kayu manis (Cinnamomi cortex)
Bening ke coklat
30 menit
















B.   Pembahasan

Sabtu, 24 Mei 2014

makalah maserasi



Holinda Anggraeny S.Farm, Apt
MASERASI


DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2/ G.12
Tri Wahyudi Lestari                                      ( 12.201.0321 )
Johannis L.E Rahantoknam                           ( 12.201.0320 )
Nina Lisu Lembang                                       ( 12.201.0323 )
SElim Julianti Sulle                                        ( 12.201.0301 )
Parwati Mohammadi                                    ( 12.201.0310 )
Nurindah dew Yunus                                     ( 12.201.0386 )
Lyli monica toenggil                                       ( 12.201.0316 )
Jumriana                                                       ( 12.201.0333 )

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
FAKULTAS FARMASI
2014

BAB 1
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Istilah galenika di ambil dari nama seorang tabib Yunani yaitu Claudius Galenos (Galen) yang membuat sediaan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah ilmu obat-obatan yang disebut ilmu galenika. Jadi Ilmu Galenika adalah : Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat sebagai berikut :
1. Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau bahan obat nabati.
2. Dari simplisia tersebut obat-obat (bahan obat) yang terdapat di dalamnya diambil dan diolah dalam bentuk sediaan / preparat.
Tujuan dibuatnya sediaan galenik :
1.        untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat.
2.        membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
3.        agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam penyimpanan yang lama.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik
1. Derajat kehalusan
2. Konsentrasi / kepekatan
3. Suhu dan lamanya waktu
   Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori ringkas
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas.Namun biasanya maserasi digunakan untuk mengekstrak senyawa yang tidak tahan panas (termolabil) atau senyawa yang belum diketahui sifatnya. Karena metoda ini membutuhkan pelarut yang banyak dan waktu yang lama. Secara sederhana, maserasi dapat kita sebut metoda “perendaman” karena memang proses ekstraksi dilakukan dengan hanya merendam sample tanpa mengalami proses lain kecuali pengocokan (bila diperlukan). Prinsip penarikan (ekstraksi) senyawa dari sample adalah dengan adanya gerak kinetik dari pelarut, dimana pelarut akan selalu bergerak pada suhu kamar walaupun tanpa pengocokan. Namun untuk mempercepat proses biasanya dilakukan pengocokan secara berkala.
B.     Kelebihan Maserasi
Seperti dijelaskan diatas maserasi dapat digunakan untuk jenis senyawa tahan panas ataupun tidak tahan panas. Selain itu tidak diperlukan alat yang spesifik, dapat digunakan apa saja untuk proses perendaman.
C.     Kekurangan Maserasi
Maserasi membutuhkan waktu yang lama, biasanya paling cepat 3x24jam, disamping itu membutuhkan pelarut dalam jumlah yang banyak.
Untuk menjelaskan kelebihan dan kekurangan mari kita bahas secara prosedur.
Gambar disamping menunjukkan proses maserasi, dimana sample dimasukkan ke dalam bejana (maserator) kemudian direndam dengan pelarut sampai terendam sempurna dan tambahkan sekitar 1-2cm pelarut di atas permukaan sample, kemudian tutup bagian atas untuk mencegah masuknya pengotor dan penguapan pelarut, namun berikan sedikit lobang untuk mencegah terjadinya letupan akibat penguapan pelarut. Perendaman dilakukan selama kurun waktu tertentu, misalnya dilakukan selama 24 jam dengan diberikan pengadukan setiap 1-2 jam (kalau malem biarkan saja tidak perlu di aduk), proses pengadukan bukan keharusan. Setelah 24 jam ganti pelarut dengan pelarut baru dan selanjutnya perlakukan sama dengan yang pertama. Penggantian pelarut dilakukan untuk mempercepat proses ekstraksi, karena pelarut pertama kemungkinan sudah jenuh oleh senyawa sehingga tidak dapat melarutkan kembali senyawa yang diharapkan, dan waktu pergantian tergantung kebutuhan tidak harus 24 jam. 
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya:
1.      Digesti
Adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40˚ C - 50˚ C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.
Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain :
a.       Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas.
b.      Daya melarutkan cairan penyari akn meningkat, sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
c.       Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat apabila suhu dinaikkan.
Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan penyari yang menguap akan kembali ke dalam bajana.
2.      Maserasi dengan mesin pengaduk.
Pengaduk berputar terus-menerus, waktu proses masersi dapat dipersingkat menjadi 6-24 jam.
3.      Remaserasi
Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
4.      Maserasi melingkar.
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
Keuntungan cara ini :
a.      Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas
b.      Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam sehingga akan memperkecil kepekaan setempat
c.       Waktu yang diperlukan lebih pendek

5.      Maserasi melingkar bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseeimbangan telah terjadi. Masalah  ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (MMB).
Cairan-cairan penyari yang cocok untuk metode maserasi
Pelarut merupakan senyawa yang bisa melarutkan zat sehingga bisa menjadi sebuah larutan yang bisa diambil sarinya.Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi antara lain sebagai berikut:
a. Pelarut polar : Pelarut yang larut dalam air
            Untuk melarutkan garamnya alkaloid,glikosida,dan bahan penyamak
n-Butanol
CH3-CH2-CH2-CH2-OH 118 °C 18 0.810 g/ml
Isopropanol (IPA) CH3-CH(-OH)-CH3 82 °C 18 0.785 g/ml
n-Propanol
CH3-CH2-CH2-OH 97 °C 20 0.803 g/ml
Etanol
CH3-CH2-OH 79 °C 30 0.789 g/ml
Metanol
CH3-OH 65 °C 33 0.791 g/ml
Asam format
H-C(=O)OH 100 °C 58 1.21 g/ml
Air
H-O-H 100 °C 80 1.000 g/ml

b. Pelarut non polar : Pelarut yang tidak larut dalam air
Heksana
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 69 °C 2.0 0.655 g/ml
Benzena
C6H6 80 °C 2.3 0.879 g/ml
Toluena
C6H5-CH3 111 °C 2.4 0.867 g/ml
Dietil eter
CH3CH2-O-CH2-CH3 35 °C 4.3 0.713 g/ml
Kloroform
CHCl3 61 °C 4.8 1.498 g/ml
Etil asetat
CH3-C(=O)-O-CH2-CH3 77 °C 6.0 0.894 g/ml
            Pemilihan pelarut atau cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi criteria berikut ini:
a.Murah dan mudah diperoleh
b.Stabil secara fisika dan kimia
c.Bereaksi netral
d.Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
e.Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki
f.Tidak mempengaruhi zat berkhasiat
            Yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan mutu simplisia adalah sebagai berikut :
a. Simplisis harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-buku acuan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI
b. Terdapat simplisia pembanding yang setiap periode harus diperbaharui.
c. Dilakukan pemeriksaan mutu fisi secara tepat.
d. Dilakukan pemeriksaan secara lengkap seperti pemeriksaan organolepti, makrokospis, mikrokospis, pemeriksaan fisika, kimiawi, kromatografi.
6. Parameter standarisasi
Parameter standarisasi antara lain:
• Organoleptik
Pemeriksaan meliputi warna, bau, dan rasa.
• Makrokospis
Pemeriksaan dengan dilihat secara langsung, dapat juga dengan bantuan kaca pembesar
• Mikrokosis
Pemeriksaan dengan melihat jaringan sel simplisia dibawah mikroskop
• Fluoresensi
Uji ini dapat dilakukan terhadap ekstrak, atau larutan yang dibuat dari simplisia
• Kelarutan
Dilakukan pada simplisia yang berupa eksudat tanaman
• Reaksi warna , pengendapan, dan reaksi lain
Pada reaksi warna dapat dilakukan pada simplisia yang telah diserbuk
Pada reaksi pengendapan dilakukan pada ekstrak larutan simplisia yang jernih.
• Kromatografi
Cara ini mempunyai kepekaan yang tinggi, cepat, sederhana dan murah.
• Penetapan kadar
Syarat untuk dapat diterapkannya pengujian yang berupa zat ini adalah telah diketahui secara pasti kadar minimal zat berkhasiat yang harus dikandung oleh simplisia
• Cemaran mikroba dan aflatoksin
Seperti Aspergillus flavus, merupakan mikroba jamur yang tidak berbahaya, tetapi metabolit aflatoksinnya menyebabkan keracunan.
• Cemaran logam berat
Seperti cemaran hydrogen sulfida tidak boleh melebihi batas logam berat pada monografi yang dinyatakan sebagai timbale.
           









Gambar-gambar modifikasi maserasi
  

















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Maserasi  proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar , terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel .